Autis Dan Penanganannya
- paudsaymara
- Jan 14, 2014
- 2 min read
Dampak TV memang dahsyat. bisa dibayangkan dampaknya terhadap anak-anak yang masih polos. selain itu, berbagai zat kimia yang terdapat dalam makanan modern (pengawet, pewarna,dll) dicurigai menjadi penyebab autis pada beberapa kasus. ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari makanan para penderita autis banyak yang mengalami peningkatan situasi secara drastis.
Faktor genetika diduga juga merupakan awal dari penyebab autisme; autisme juga diturunkan oleh orang tua pada anak-anaknya. Dugaan lainnya, anak-anak yang lahir dari ayah yang sudah berusia lanjut memiliki resiko lebih besar untuk menderita autisme, walaupun sang ayah normal. Secara ringkas, gaya hidup modern memang sangat beresiko meningkatkan kasus autisme.
Memiliki anak yang menderita autisme memang berat. Anak penderita autis seperti seorang yang kerasukan setan . Selain tidak mampu bersoalisasi, penderita juga tidak dapatmengendalikan emosinya. Kadang tertawa terbahak-bahak, kadang marah tak terkendali. Ia tidak mampu mengendalikan dirinya dan sering melakukan gerakan-gerakan aneh berulang-ulang. Ia juga punya ritual sendiri yang ia lakukan pada saat atau kondisi tertentu. Hal ini mendorong para peneliti untuk mencari cara yang tepat untuk mengatasi fenonema ini. Bidang-bidang yang menadi fokus utama mereka kerusakan secara neurologis dan ketidakseimbangan dalam otak yang bersifat biokimia.
Menurut para ahli dan praktisi di bidang autisme, gangguan autisme tidak disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat psikologis, misalnya karena orang tua tidak menginginkan anak ketika hamil.
Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu, sementara teapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan oerkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk terapi yang telah dipublikasikan apalagi prosedur standar dalam menangani autisme. Namun, terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki anak autis, misalnya komunikasi dan persoalan-persoalan perilaku.
Terapi yang komphrehensif meliputi : terapi wicara (speech therapy), okupasi terapi (occupational therapy), dan apllied behavior analysis untuk mengubah serta memodifikasi perilaku.
Beberapa perilaku yang harus diwaspadai dan dievaluasi lebih lanjut : anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan, anak tidak memperlihatkan kemampuan gestrual (menunjuk, melambai, dan menggenggam) hingga usia 12 bulan, anak tidak mengucapkan sepatah katapun hingga usia 16 bulan, anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan diusia 24 bulan, serta anak tidak mampu berbahasa dan berinteraksi pada usia tertentu. Kalaupun anak bisa mengeluarkan kata-kata, ucapannya sulit dimengerti orang lain. Kalaupun ia berbicara tidak digunakan untuk berkomunikasi. Tidak mengerti dan tidak mengeluarkan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
Comments